Mengembangkan tingkat kesadaran dalam kehidupan sehari-hari
Dalam realitas kehidupan kita sehari-hari, banyak sekali sinyal
atau petunjuk dari Tuhan yang Maha Kuasa terhadap diri kita
masing-masing yang berguna untuk proses pengembangan diri . Petunjuk
atau sinyal ini sering terlewatkan begitu saja oleh kita.Ada sebuah
cerita menarik yang saya alami beberapa saat yang lalu. Cerita ini
terjadi saat pertemuan dengan teman lama saya, kita sebut saja sebagai
ibu Yanti, di disebuah restoran di mall dibilangan Jakarta Selatan.
Pertemuan antara dua teman dan keluarganya yang telah sekian lama tidak
bertemu tentu biasanya membawa banyak cerita. Mengenai kerjaan,
anak-anak dan cerita mengenai teman-teman lama lainnya yang sudah jarang
bertemu.
Tetapi dari semua nostalgia dan cerita-cerita itu, entah mengapa ada
sebuah cerita, yang selalu diulang-ulang oleh ibu Yanti, yaitu mengenai
pembantu setianya, sebut saja sebagai mbok Ipeh. Pembantu ini
bertahun-tahun telah menemani mereka, sejak mereka baru menikah.
Walaupun sangat setia dan pekerja keras, ada satu hal yang kurang
mereka senangi dari mbok Ipeh tersebut. Ia sering mengeluh.
Ibu Yanti menceritakan (berkali-kali dan dengan semangat) bahwa
mboknya tersebut mengeluh dalam hal apapun, bisa mengeluh dalam hal yang
kecil maupun yang besar. Misalnya saat ibu Yanti pulang belanja dan
membawa bonus sabun ukuran kecil, mbok Ipeh menerimanya dengan ngedumel
sambil berkata “itu toko, ngasih hadiah kok kecil begini…pelit amat”.
Atau pada saat lainnya, saat kucing peliharaan ibu Yanti walaupun telah
membuang kotoran ditempat yang telah ditentukan, mbok Ipeh masih aja
mengeluh dan ngedumel bahwa kotoran kucing itu, beginilah, begitulah
dsb. Atau pada saat lainnya, saat ibu Yanti membeli makanan, mbok Ipeh
sering mengeluh bahwa makanan yang baru dibeli tersebut kurang enak dan
sebagainya, dan sebagainya…..
Sebenarnya cerita-cerita tersebut diatas sering terdengar dan terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dan kami sekeluarga hanya tersenyum mendengarkan saja.
Dan kami sekeluarga hanya tersenyum mendengarkan saja.
Tetapi akhirnya saya harus menjawab saat ibu Yanti bertanya langsung kepada saya,
“Bagaimana tuh? kesal deh aku, ada cara ngga ya mengurangi sifat si mbok?”,terpaksa saya memberikan jawaban,
”Kamu sedang apa barusan?”
“Ya…cerita mengenai mbok ku…piye sih??” jawab ibu Yanti dengan agak kesal.
“Cerita atau ngeluh?” tanya saya padanya
“Hmmmmm…..cerita, tapi, ngeluh juga ya….hahahahaha” jawab ibu Yanti sambil memukul kepalanya sendiri.
“Bagaimana tuh? kesal deh aku, ada cara ngga ya mengurangi sifat si mbok?”,terpaksa saya memberikan jawaban,
”Kamu sedang apa barusan?”
“Ya…cerita mengenai mbok ku…piye sih??” jawab ibu Yanti dengan agak kesal.
“Cerita atau ngeluh?” tanya saya padanya
“Hmmmmm…..cerita, tapi, ngeluh juga ya….hahahahaha” jawab ibu Yanti sambil memukul kepalanya sendiri.
Selanjutnya saya mencoba menerangkan kepada ibu Yanti bahwa kita
harus selalu coba melihat signal dan mawas diri. Mbok Ipeh dengan
kepribadian-sifatnya, yang selalu ada dalam realita kehidupan diri ibu
Yanti selama ini, dengan sadar atau tidak sadar merupakan buatan Ibu
Yanti sendiri, ia yang menarik mbok Ipeh dalam kehidupannya., dan mbok
Ipeh bisa merupakan refleksi atau cerminan dari ibu Yanti sendiri. Mbok
Ipeh bisa saja merupakan petunjuk atau sinyal bagi ibu Yanti untuk mawas
diri dan melihat kedalam dirinya sendiri. Ibu Yanti tanpa sadar bisa
saja adalah seorang pengeluh juga.
Menjawab pertanyaan teman kami mengenai mbok Ipeh, akhirnya saya
hanya dapat memberi masukan agar terus mengingatkan mbok Ipeh untuk
tidak mengeluh dan selalu bersyukur.
Selanjutnya saya katakan kepada ibu Yanti, bahwa yang lebih penting
adalah agar dirinya yang harus selalu bersyukur menerima keadaan, apapun
dan bagaimanapun bentuknya. Dengan selalu bersyukur, dia akan, saat itu
juga menghilangkan keluhan-keluhan yang ada dalam dirinya.
Bersyukur merupakan senjata paling ampuh dalam meningkatkan energi positif dan kesadaran dalam kehidupan kita.
Dan tentu saja yang paling menarik dari peristiwa itu adalah, bahwa
selain mbok Ipeh merupakan sinyal buat ibu Yanti, kami sendiri juga
mendapat sinyal dari Ibu Yanti.
Ia merupakan sinyal bagi saya sendiri, atau juga mungkin buat anggota keluarga saya yang sedang berada saat pertemuan itu dan mendengarkan Ibu Yanti bercerita..
Ia merupakan sinyal bagi saya sendiri, atau juga mungkin buat anggota keluarga saya yang sedang berada saat pertemuan itu dan mendengarkan Ibu Yanti bercerita..
Mungkin kami juga masih sering mengeluh atau masih kurang
kesadarannya untuk selalu bersyukur. Dengan adanya Ibu Yanti, kami
mendapatkan sinyal untuk menambah kesadaran kami akan sifat-sifat yang
perlu diperbaiki tersebut.
Masih banyak cerita-cerita sederhana yang terjadi disekitar kehidupan
kita sehari-hari. Dan anda seperti halnya saya, pasti sering
mengalaminya. Tetapi mungkin saya dan anda sering melewatkan saja
kejadian sederhana yang sebenarnya mungkin membawa petunjuk atau sinyal
buat pengembangan diri kita.
Biasanya kita lebih mudah untuk mengenali sinyal atau petunjuk Tuhan yang bersifat lebih “heboh” dan melewatkan sinyal yang nampak sederhana menurut persepsi kita.
Biasanya kita lebih mudah untuk mengenali sinyal atau petunjuk Tuhan yang bersifat lebih “heboh” dan melewatkan sinyal yang nampak sederhana menurut persepsi kita.
Tapi sinyal adalah tetap sinyal, petunjuk adalah tetap petunjuk, baik
itu sederhana ataupun heboh. Yang diperlukan adalah meningkatkan
awareness atau kesadaran kita terhadap petunjuk atau sinyal itu. Kita
harus lebih peka untuk mendengar dan merasakan, dan menerimanya sebagai
sebuah input dalam proses untuk meningkatkan diri kita dalam menikmati
pengalaman hidup yang sedang kita jalani ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar