Memacu Adrenalin dengan “Water Tubing” di Sungai Cigunung.
PAGI ITU, mentari yang masih belia mulai mengintip dari celah-celah
di antara batang-batang pohon yang menjulang di perbukitan kawasan
Situgunung, Sukabumi, Jawa Barat. Berkas sinarnya menembus sela-sela
dedaunan yang rimbun dan berembun. Kabut berarak rendah di atas Kampung
Pesanggrahan dan Cikaramat di bawah kaki bukit.
Beberapa peserta kemping di TanaKita, bumi perkemahan “bintang
lima” yang dikelola oleh Rakata Adventure, terlihat mulai keluar tenda,
meregangkan otot pertanda semalam tadi mereka tidur nyenyak. Peserta
lain, termasuk saya, memilih untuk langsung mencicipi sarapan pisang
goreng dan teh hangat sambil memandangi langit di awal hari. Sementara
di sudut beranda pandang—yang memang dirancang agar pengunjung bisa
menikmati panorama hingga ke batas cakrawala—seorang peserta sibuk
dengan kameranya, mengabadikan pagi.
Tubing (dalam hal ini water tubing atau river tubing
karena dilakukan di air/sungai) adalah aktivitas rekreasional bernuansa
petualangan, di mana seseorang duduk berbaring di atas sebuah ban dalam
(kerap disebut sebagai donat, karena bentuknya) dan meluncur mengikuti
arus sungai. Kegiatan ini kental dengan nuansa petualangan karena
seorang tuber, sebutan untuk pemain tubing, hampir pasti
diombang-ambingkan arus dan hentakan dari batu-batu kali yang besar,
yang membentur-bentur ban dalam. Tidak jarang, seorang tuber cedera
karena tergores tepian batu, atau terlempar dari ban saat menghunjam ke
jeram yang dalam. Seru!
Tubing di air pada umumnya dibagi menjadi dua jenis: bertali (ditarik), dan apung-bebas (free-floating)
sebagaimana yang saya lakoni di Rakata. Tubing bertali biasanya
dilakukan di badan air yang lebih lebar. Ban diikatkan pada sebuah motor
boat, tuber kemudian ditarik mengarungi air. Sementara dalam tubing
apung-bebas, tuber tidak terikat apa-apa, hanya mengandalkan arus air.
Tidak heran jika saya berkali-kali harus kandas alias tersangkut di
bebatuan.
Menurut majalah Time, tubing diduga ditemukan di Thailand oleh Ratu Chumbhot dari Nagar Svarga, pada pertengahan abad ke-20.
Di beberapa negara yang memiliki musim dingin, kegiatan tubing
dilakukan di atas salju, dengan meluncur dari ketinggian. Berbeda dengan
tubing air, tubing salju diperkirakan sudah dilakukan sejak 1820-an di
Pegunungan Alpen.
Belakangan, muncul varian terbaru tubing, yakni tubing
layang-layang. Bukan, bukan berarti tubing ini ditarik oleh
layang-layang, melainkan ban dalam yang dikendarai tuber akan melayang
saat ditarik dengan kecepatan tinggi oleh sebuah motor boat, layaknya
layang-layang. Jadi, tuber melayang di atas ban, seperti Aladin yang
melayang di atas karpet terbang. Namun, karena dianggap berbahaya,
permainan menantang nyali ini tidak berkembang.
“‘Jualan’ tubing sungai ini adalah air yang bersih,” jelas Kang
Isep, salah satu instruktur di Rakata, kepada saya sesaat sebelum saya
menceburkan diri. Dalam tubing, tutur pria yang memiliki potongan
seorang pencinta alam sejati ini, kemungkinan seorang tuber untuk
terjungkir amatlah besar. Dengan demikian, kemungkinan meminum air juga
besar. “Itulah kenapa menjaga kebersihan air mulai dari bagian hulu
sungai amat penting,” ujarnya.
AKTIVITAS TUBING (dan trekking selama hampir satu jam,
mendaki punggungan di Situgunung hari sebelumnya) oleh peserta yang
terdiri dari para wartawan itu adalah bagian dari cara L’Oreal Men Expert
memperkenalkan produk barunya—yang kali ini diperuntukkan bagi kaum
pria—White Activ Oil Control Moisturizing Gel Cream. Pada kesempatan
itu, L’Oreal Men Expert juga memberi bocoran soal iklan
televisi dan media cetak yang bakal mereka rilis dalam waktu dekat,
dengan bintang iklan aktor Nicholas Saputra yang juga bertindak sebagai
Brand Ambassador L’Oreal Men Expert di Indonesia, dan ikut hadir di kawasan Situgunung 14-15 April lalu.
Dalam kesempatan perkenalan produk baru L’Oreal Men Expert tersebut, Nicholas—yang mulai dikenal publik setelah memerankan tokoh Rangga dalam film Ada Apa dengan Cinta—memaparkan
soal hobi traveling yang mulai digelutinya dalam beberapa tahun
terakhir. Kepada para wartawan, peraih predikat Aktor Terbaik dalam
Festival Film Indonesia 2005 atas perannya sebagai Soe Hok Gie dalam
film Gie ini juga berbagi karya fotografi, buah tangan dari
perjalanannya mengelilingi berbagai belahan dunia, di antaranya dari
Amerika Serikat, Peru, Yunani, dan tidak lupa foto-foto jepretannya dari
berbagai pelosok Nusantara seperti Pulau Komodo, Pulau Weh, dan Banda
Naira yang dijelajahinya belum lama ini.
“Traveling, buat saya adalah upaya untuk memperkaya khasanah budaya
saya sebagai seorang aktor,” ujar Nicholas, menjawab pertanyaan soal
filosofi traveling bagi dirinya. Bepergian, mengenal budaya asing,
berbaur dengan penduduk lokal, imbuh Nicholas, juga sedikit banyak
berperan dalam pekerjaannya guna memahami karakter tokoh yang
diperankannya. “Selain itu, tentu saja, traveling menambah wawasan,
menjadikan kita lebih bijak. Apalagi saya juga amat mencintai geografi,”
katanya lagi.
Menyinggung soal kondisi kulit wajahnya yang tetap terjaga meski
kerap beraktivitas di luar ruangan, ditambah dampak aktivitas
perjalanannya yang sering kali mesti berganti kondisi iklim dalam waktu
singkat, Nicholas mengatakan bahwa fungsi pelembap menjadi sangat
penting. “Pelembap membantu menyegarkan kulit sehingga tidak terlihat
kering dan kusam,” katanya.
Menurut Monika Ardianti, Marketing Manager L’Oreal Paris,
pria juga perlu merawat kulit dan mengubah citra bahwa kosmetik itu
feminin. “Pria Indonesia cenderung cuek terhadap penampilannya, padahal
iklim dan cuacanya tidak bersahabat. Apalagi buat para pejalan yang
aktif,” katanya.
Tantangan terberat yang bakal dihadapi oleh produk ini, jelas
Monika, adalah meruntuhkan mitos bahwa kulit wanita sama dengan pria,
padahal berbeda. “Kulit pria 25% lebih tebal daripada wanita,” Monika
menjelaskan. Tantangan lainnya adalah meluruskan anggapan umum soal
penggunaan pelembap bagi pria yang terkesan “ribet”.
Karena itu, seperti ditunjukkan dalam trailer iklan televisi yang
bakal diluncurkan dalam waktu dekat, kampanye yang akan digaungkan
adalah “10 detik” untuk menunjukkan bahwa memakai pelembap bagi pria
hanya memakan waktu 10 detik. “Saya rasa, 10 detik itu tidak akan
mengganggu aktivitas pria mana pun,” Nicholas menandaskan. (Firman Firdaus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar