Senin, 29 Agustus 2011

BERANI MEMAAFKAN ORANG LAIN

Penulis : Andrie Wongso

Awal Agustus 2011 ada berita menarik dari Iran. Seorang perempuan cantik yang disiram cairan asam hingga wajahnya rusak dan matanya buta mengampuni si pelaku.
Perempuan itu adalah Ameneh Bahrami, kelahiran Iran tahun 1978, yang disiram Majid Movahedi pada tahun 2004 karena ditolak pinangannya.Movahedi kemudian ditahan sambil menunggu hukuman qisas, yaitu hukuman yang berprinsip pembalasan yang setimpal, semacam hukuman "nyawa bayar nyawa". Dalam kasus Bahrami, ia boleh meminta pengadilan untuk membutakan mata pelaku seperti yang dialaminya.

Pengadilan memutuskan hukum qisas dilakukan pada 31 Juli 2011 dan disiarkan secara langsung oleh televisi. Beberapa detik sebelum cairan asam disiramkan pada mata Movahedi, dokter yang akan menyiramkan cairan itu bertanya pada Bahrami, "Apa yang ingin Anda lakukan sekarang?"
Movahedi sudah menangis sejadi-jadinya sambil berlutut. Ketakutan akan matanya buta dan bayangan rasa sakit yang tiada tara membuat ia memohon-mohon ampun. Semua orang tegang menyaksikannya. Satu aba-aba dari Bahrami maka proses hukuman qisas itu akan dilaksanakan. Namun Bahrami ternyata mengucapkan kata-kata di luar dugaan. "Saya memaafkan dia, saya memaafkan dia," jawab Bahrami. Maka mata si pelaku pun selamat.

Sungguh mulia sikap Bahrami, ia berani mengampuni orang yang telah membuatnya buta sepanjang hidupnya. "Yang terbaik ialah memaafkan ketika kita berada pada posisi berkuasa," kata Bahrami menjelaskan keputusannya. Tetapi ada ucapan ibu Bahrami yang patut kita simak. Katanya, "Pengampunan ini akan menenangkan Bahrami dan keluarga kami."

Memaafkan memang tidak mudah. Tetapi memaafkan bisa menenangkan kita. Sebaliknya, membalas dendam belum tentu menghilangkan kebencian. Mungkin justru akan tumbuh rasa bersalah di dalam diri kita karena setelah pembalasan dendam itu kita merasa sama jahatnya dengan mereka yang telah membuat kita menderita.

Secara ilmiah pun memaafkan atau mengampuni orang lain memiliki nilai positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang memendam dendam dan memelihara kebencian, hidupnya tidak tenang. Secara medis mereka memiliki denyut nadinya tinggi (tidak sehat), tekanan darah tinggi, dan otot-otot menegang. Jika dibiarkan terus mereka bisa terkena serangan jantung. Sebaliknya, mereka yang mau memaafkan orang lain, tekanan darahnya normal, kerja jantung normal, dan otot-ototnya rileks. Pendeknya, seorang pemaaf memiliki catatan kesehatan lebih baik.

Penelitian itu menunjukkan bahwa "memaafkan orang lain" tak hanya baik bagi kesehatan jiwa, tetapi baik pula untuk kesehatan jasmani kita. Karena itu, menjelang Idul Fitri ini yang akan jatuh beberapa hari lagi, mari kita buka pintu maaf. Tak ada ruginya memaafkan orang lain, bahkan kita mendapatkan manfaat yang tiada terkira.


Salam sukses luar biasa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar